RSS

Sabtu, 15 Mei 2010

PENDIDIKAN INKLUSI, SEBUAH HARAPAN

Beberapa hari yang lalu, aku dan beberapa temanku berkunjung ke sekolah inklusi Klampis Ngasem I-246. Tujuanku berkunjung kesana adalah mencari data untuk mengerjakan tugas psikologi anak dan remaja khusus. Pertama kali menginjakkan kaki di tempat itu, aku sedikit takjub melihat beragam anak hidup dalam kesatuan. Semuanya membaur menjadi satu, seolah tak ada perbedaan antara mereka. Padahal kalau kita lebih jeli melihatnya, kita akan menemukan berbagai perbedaan pada setiap siswa.

Pendidikan inklusi adalah layanan pendidikan yang semaksimal mungkin mengakomodasi semua anak termasuk anak yang memiliki kebutuhan khusus atau anak luar biasa di sekolah atau lembaga pendidikan bersama dengan teman-teman sebayanya dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki oleh anak. Pendidikan inklusi memberikan layanan kepada setiap anak tanpa terkecuali. Pendidikan inklusi memberikan layanan terhadap semua anak tanpa memandang kondisi fisik, mental, intelektual, sosial, emosi, ekonomi, jenis kelamin, suku, budaya, tempat tinggal, bahasa dan sebagainya.

Pelaksanaan praktek ini bervariasi, sekolah dapat menggunakannya untuk siswa yang dipilih dengan kebutuhan khusus ringan sampai parah. Inklusi berbicara tentang hak anak untuk berpartisipasi dan tugas sekolah untuk menerima anak. Kehadiran sekolah inklusi merupakan upaya menghapus batas yang selama ini muncul di tengah masyarakat, tidak saja bagi anak normal dan anak berkebutuhan khusus, tetapi juga anak dari kalangan mampu dan tidak mampu dan berbagai perbedaan lainnya. Penghapusan batas seperti itu penting dilakukan untuk meningkatkan akses pendidikan semua anak dan mewujudkan pendidikan yang bermutu. Semua itu penting dilakukan untuk mendukung "Pendidikan untuk Semua" (Education for All) yang sudah menjadi komitmen internasional. Inti dari sekolah inklusi ini adalah adanya partisipasi penuh oleh siswa berkebutuhan khusus dan menghormati hak-hak sosial, sipil, dan pendidikan.


Di sekolah inklusi, anak berkebutuhan khusus disambut dengan baik dan diperlakukan sama seperti anak normal lainnya. Aku juga sempat melihat-lihat keadaan kelas dan aktivitas murid-murid di kelas inklusi. Mereka dengan senang hati menerima kehadiran anak berkebutuhan khusus di dalam kelas mereka. Mereka selalu membantu anak berkebutuhan khusus menjalani kehidupannya di sekolah, mulai dari belajar akademik sampai bersosialisasi dan menjalani aktivitas-aktivitas lain. Beberapa murid normal lainnya bersedia belajar bahasa isyarat agar dapat berkomunikasi dengan anak tuna wicara, murid-murid bersedia mengawasi ABK selama jam istirahat, dan mereka dengan suka rela membantu program guru dan membantu para ABK dalam mengerjakan perintah gurunya. Ketika gurunya mengajarkan kepada ABK untuk membeli kue di kantin, murid lainnya menemani ABK tersebut turun ke kantin, mengajari perkataan yang harus dikeluarkan untuk membeli kue, “Bapak, saya mau beli kue coklat..”, mengajarkan ABK memberikan uang, menerima kembaliannya dan mengucapkan terima kasih. Begitu juga, ketika gurunya menugaskan ABK untuk membacakan hasil karangan ke wali murid, murid lainnya bersedai menemani ABK dan mengajarinya melakukan hal itu, “ayo bilang, Permisi ibu..saya mau membacakan cerita”, “terimakasih ibu, maaf apabila menganggu”. Di kelaspun mereka tidak segan-segan menegur dan member pengarahan kepada ABK (seperti autis, adhd, dll) apabila bertindak menganggu dan melanggar peraturan di kelas.

Murid-murid di sekolah inklusi tidak terlihat seperti anak pada umumnya, mereka terlihat lebih dewasa dengan dapat menghargai dan menghormati hak-hak sesamanya. Suatu saat nanti, mereka akan tumbuh menjadi seseorang yang hebat dengan pengalaman hebatnya di masa kecil.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright MEJIKUHIBILIU 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .